
Mereka yang mampu beradaptasi adalah mereka yang akan bertahan. Hal ini terbukti dari masa ke masa dan terbukti di masa pandemi pada industri kopi kita.
KITA semua dihempas badai yang sama meski berjuang dengan perahu yang berbeda-beda. Pandemi mengubah banyak hal. Mulai dari kebiasaan ngopi hingga konsep dan pola bisnis di industri ini. Mereka yang berkecimpung di dunia kedai kopi memutar otak sebegitu keras agar roda bisnis tetap berjalan dan masing-masing mulai beradaptasi dengan keadaan.

Tak ada yang tahu kapan pandemi benar-benar sirna selamanya. Yang kita tahu adalah bagaimana bertahan mengikuti gelombang yang lumayan seram dan membuat kita terombang-ambil ini. Kedai-kedai kopi mulai menjual beberapa menu kesehatan siap minum. Hal ini karena banyak orang yang mulai peduli dengan kesehatan mereka agar tak mudah terpapar virus.
Tak hanya minuman kesehatan, kopi literan pun muncul di mana-mana. Entah siapa yang pertama kali menggebrak dengan menu ini, tapi kehadiran kopi literan menurut saya adalah sebuah fenomena menarik yang layak diapresiasi. Untuk saya, menjual kopi literan adalah taktik yang cerdas. Dan membeli kopi literan (saya sebagai pembeli), adalah keputusan yang bijak.
Di saat penjualan kopi menurun karena adanya pembatasan kunjungan ke kedai kopi, kopi literan secara asyik menjual dalam jumlah banyak. Ukuran yang besar sama dengan nominal yang besar meski kita tahu keuntungan harus diturunkan demi memikat pembeli. Keberadaan kopi literan berarti mengurangi interaksi kita ke kedai kopi. Pun mengurangi biaya delivery karena seliter kopi setidaknya bisa dinikmati, untuk saya hingga tiga hari.

Sebagai pembeli kopi literan memberi saya penghematan yang lumayan. Tak perlu berulang-ulang pesan di aplikasi. Cukup bayar sekali ongkos dan memangkas pengeluaran. Pun kopi literan biasanya dibuat lebih ‘kental’. Saya gemar mencampurkannya dengan es batu dan rasanya begitu menyenangkan.
Salut untuk semua kedai kopi beserta manajemen dan tim kreatifnya yang menghadirkan beragam kopi literan yang enak, dikemas dengan packaging yang sedap dipandang dan jadi objek konten. Semoga kopi literan mampu membantu bisnis kopi yang sedang berjuang. Dan saya sangat berharap kopi literan tetap ada meski pandeminya usai.
Sejauh ini, kamu sudah berapa kali jajan kopi literan? Boleh dibagi komentarnya soal fenomena ini ya!
Foto pada artikel ini diambil dari Instagram Fore Coffee
yang pertama bikin Filosofi kopi, bukan ?
Setau saya Tuku, mereka jual di toped setiap jam 10 malam yg habis cuma 10 menit
Justru sebelum pandemi ini sudah pernah kepikiran kopi literan tapi dikarenakan sakit lumayan lama tidak jadi buat kopi literan ini 🙁
terimakasih ulasannya, bisa mampir juga ke web kita aswacoffee.my.id